Minggu, 10 Maret 2019

Halo!

Kayaknya udah berdebu haha.
Tapi insyaAllah masih terang.

Btw ini postingan sejak 2016!
Entah waktu itu kayaknya ga kepencet publish jadinya ya begini.
Dibaca-baca kok ya rada lucu wkwk tapi sayang dibuang. Plus karena google+ udah nggak aktif kayaknya bakal dikit juga yang liat postingan ini. Let it be a hidden treasure for you.

Ada sesuatu yang akhir-akhir ini mengganggu pikiranku. Tepatnya bukan sesuatu sih. Seseorang. Rasa-rasanya udah sekitar 4 bulan lalu (walaupun udah mulai kerasa sebelum itu). Disini sebenernya bukan pengen cerita gimana asal muasalnya tapi lebih ke apa yang bisa diambil dari kejadian ini.

Enjoy!

Dia orang baik. Terlalu baik malah.

Mengutip dari tumblr seseorang, aku mendefinisikan dia 'terlalu'. Dia sungguh ‘terlalu’ bagiku. Terlalu teduh. Terlalu menenangkan. Terlalu menyenangkan. Hingga tak butuh waktu lama untuk memantapkan hati padanya.

Sejak saat itu rasa-rasanya susah sekali untuk bertemu dengannya tanpa memperhatikan setiap detail informasi yang bisa aku dapatkan tentangnya. Pola pikirnya yang dewasa, caranya menghadapi suatu urusan, geraknya yang serba cekatan dalam menyelesaikan sesuatu semakin melengkapi berbagai opini tentang dia. 

Saat ini dia sedang berada ratusan mil dari tempatku. Kurang lebih melakukan hal yang sama. Meninggikan ilmu, mencari bekal sebanyak mungkin untuk hari tua. Kami jarang mengobrol, apalagi bertemu. Sejak awal kami memang tidak terlalu dekat. Tapi tidak jadi soal. Menurutku memang sebaiknya seperti ini dulu.

Dia orang baik. Terlalu baik malah.

Begitu baiknya sampai orang akan bilang dia terlalu baik untuk diriku. Aku setuju. Bukan berarti aku suka mendengar apa kata orang dan tidak punya prinsip. Aku setuju karena memang diriku yang sekarang masih jauh dari kata pantas untuknya. Karenanya, aku menahan diri. Memutuskan menjaga jarak. Selain situasinya sedang tidak menyenangkan karena beberapa hal, aku juga ingin fokus untuk memantaskan diri.  Tapi, disela-sela aku mendoktrin diri sendiri untuk fokus, memang ada saat-saat dimana aku ketakutan akan banyak hal. Takut dia menjauh sejauh-jauhnya ketika aku mencoba mendekat, takut ketika aku diam lalu orang lain mendekat, takut aku membuat kesalahan, dan banyak ketakutan-ketakutan lainnya.

Sampai detik ini aku hanya bisa diam dan mendoakan yang terbaik untuknya. Rencanaku saat ini hanya aku akan fokus. Aku ingin menaikkan ‘nilai’ku. Memang perlu waktu. Tapi tidak ada salahnya menunggu dulu. Toh tidak ada ruginya. Kalaupun orang bertanya, “Yakin pasti dia?” yang aku tau ketentuannya cuma dua. Kalau bukan dia, ya yang lebih baik dari dia. Walaupun harapan “Semoga dia” selalu ada.


Dia orang baik. Terlalu baik malah.
Dan tidak ada salahnya untukku menjadi baik juga.