Selasa, 25 Desember 2018

Harga

Satu semester untuk beberapa menit.

Beberapa menit yang selalu menarik untuk ditunggu.

Kali ini sekitar... 45 menit?

Pun hanya terucap 2 kalimat.
Padahal obrolan lain asyik dijalani dengan khidmat.


Cukup.
Kalau tidak cukup,
maka cukupkanlah.


N.B.
Belakangan ini kata "cukup" nampaknya harus dibiasakan.
Efeknya bagus.

Cukupkanlah

Sabtu, 22 Desember 2018

Egois.

"Eh ayo kumpul kuy. Jalan-jalan kemana gitu. Udah lama juga kan ga ketemu."
"Skip dulu eh."
"Sorry bet gabisaa." 
"Skip."

 "..."

(read by 46) 

Dulu kupikir mereka pada egois banget ya. Katanya susah seneng bareng. Katanya setelah lulus jangan lupa temen. Katanya keluarga. Katanya dan katanya...

Nyatanya...
Sebenernya aku yang egois.
Aku yang nggak pengen ada sesuatu yang berganti diantara kita dan memaksakan keinginanku ke kalian yang punya tuntutan masing-masing adalah perwujudan egois yang sebenar-benarnya.

Tapi santai saja kawan

Kalian boleh banget menolak ajakan-ajakanku dan aku bakal dengan senang hati tetap konsisten ngajakin kalian tiap ada kesempatan.

Satu hal saja.

Biarkan aku tetap egois.

Semoga kita semua lulus dengan keren!






Minggu, 09 Desember 2018

I'll Be There


Lagunya pas banget!

Sebagai seorang dengan hasil love language berupa Gifts dan Act of Service, dan sebagai seseorang yang terbiasa ngelakuin hampir semua hal sendiri, aku ngerasa paling dihargai dan paling 'dicintai' ketika ada orang yang nawarin bantuan pas aku lagi sibuk sendiri. Yah meskipun seringnya bantuan itu aku tolak karena gaenakan, tetep aja, sebuah kata-kata, "Hey, kamu kayaknya butuh bantuan." atau "Kalo ada apa-apa bilang aja. Nanti kubantu." really made my day. 

Mungkin itu sebabnya aku seringnya suka atau bisa jadi temen yang kentel banget sama orang yang pernah partneran kerja bareng entah di suatu kepanitiaan atau suatu organisasi. 

Juga itu motivasi terbesarku buat berusaha jadi orang yang selalu ada, selalu responsif di chat, one call away, karena bagiku, aku merasa sangat dihargai ketika ada orang lain ngelakuin hal yang sama. Maka secara nggak sadar itu juga yang kulakuin karena menurutku orang lain juga bakal seneng digituin.

Secara otomatis kata-kata "I'll be there", menjadi salah satu kata-kata favorit. dan ketika denger lagu di atas diputer, jadi pengen ngepost. Random sih, tapi lagu di atas really caught the mood!

When all the tears are rolling down your face And it feels like yours was the only heart to break When you come back home and all the lights are out, ooh And you're getting used to no one else being around. Oh, oh, I'll be there When you need a little love, I got a little love to share Yeah, I'm gonna, I'm gonna, I'm gonna come through You'll never be alone, I'll be there for you I'll be there, I'll be there for you I'll be there, I'll be there for you Oh, I swear, I got enough love for two, ooh, ooh, ooh You'll never be alone, I'll be there for you. When it's Friday night and the drink don't work the same You're alone with yourself and there's no one else to blame When you still can't feel the rhythm of your heart And you see your spirit fading in the dark. Oh, oh, I'll be there When you need a little love, I got a little love to share Yeah, I'm gonna, I'm gonna, I'm gonna come through You'll never be alone, I'll be there for you I'll be there, I'll be there for you I'll be there, I'll be there for you (I'll be there for you) Oh, I swear, I got enough love for two, ooh, ooh, ooh You'll never be alone, I'll be there for you. When you're lost down the river bed, I'll be there When you're lost in the darkness, I'll be there I'll be there when your heart is breaking You'll never be alone, I'll be there for you I'll be there. I'll be there, I'll be there for you (I'll be there) I'll be there, I'll be there for you (ooh, ooh, I'll be there) Oh, I swear, I got enough love for two, ooh, ooh, ooh You'll never be alone, I'll be there for you, oh I'll be there, I'll be there for you (I'll be there when your tears are falling) I'll be there, I'll be there for you (I'll be there, can't you hear me calling?) Oh, I swear, I got enough love for two, ooh, ooh, ooh (When your heart is breaking) You'll never be alone, I'll be there for you, ooh. I'll be there for you, ooh I'll be there for you, ooh You'll never be alone, I'll be there for you I'll be there for you, ooh I'll be there for you, ooh You'll never be alone, I'll be there for you.


Ohya kayaknya suatu saat aku bakal ngepost penjelasan tentang 5 love languages karena menurutku ini penting banget buat diketahui banyak orang.

Sabtu, 08 Desember 2018

There are Still Plenty Rooms for Improvement

Perkuat diri, perbaiki cacat
Karena dirimu yang lebih kuat
Jauh lebih dinanti ketimbang dirimu yang mengeluh sesat 
Kalimat-kalimat di atas adalah nasihat dari mbak Sidqi mengenai umur yang makin bertambah, tentunya kualitas diri juga harus ditambah pula. Rasanya pas buat mengawali postingan ini yang memang dibuat sebagai nasihat dan pengingat untuk selalu memperbaiki diri khususnya untuk penulis sendiri. 

Teringat sebuah obrolan sore bersama Kak Emil dan Gantang. Obrolan yang selalu ngelantur kemana-mana walaupun niatnya ngobrolin progress IAIC Bandung. Waktu itu obrolan mengenai pengelolaan keuangan berubah menjadi curhatan seorang saya yang mulai chaos megang 2 organisasi sekaligus. Lalu, kak Emil merespon dengan kata-kata yang amat membekas.

"Zam, nggak usah khawatir. Kapasitas setiap manusia itu bertambah. Presiden bisa mikirin dan ngurusin rakyat dari Sabang sampe Merauke juga awalnya kayak kita, mahasiswa juga. Pernah ngalamin hal kayak gini juga."
Kata-kata 'kapasitas manusia itu bertambah' sukses membuatku mikir ulang. Manusia dibekali akal pikiran sehingga memiliki potensi untuk berkembang yang seharusnya belum bisa ditentukan batasannya. Yang membatasi potensi manusia untuk berkembang sesungguhnya adalah manusia itu sendiri. Jikalau kita perhatikan, masalah kita bisa berkembang atau tidak sebenernya sesederhana menjawab pertanyaan apakah kita mau berkembang atau nggak. Aku inget ada suatu kata mutiara,

"Jika kamu menginginkan hal yang belum pernah kamu dapatkan, maka kamu juga harus siap melakukan apa yang belum pernah kamu lakukan."
Dan bener kan. Kalo diliat sekarang-sekarang ini, banyak banget temen-temen yang mulai berkecimpung di banyak hal dan nggak sekedar asal ngejabat aja padahal dulu kayak biasa aja di sekolah. Contohnya Cocom yang dulu 'hanya' anggota OSIS olahraga, sekarang jadi Kabem Psiko UI, Daru yang dulu apatis parah sekarang jadi ketua FSI FEB UI dan pernah jadi ketua Roadshow IAIC, Shaffa yang dulu 'hanya' anak Divling, sekarang jadi korwat Gamais ITB yang super kece sibuk sana-sini, Gantang sama Mar'ie yang dulu juga apatis sama organisasi, sekarang masing-masing jadi petinggi himpunan. Ihsan yang dulu langganan remed, sekarang juara lomba sana-sini. Ratu yang dulu galak plus jutek sehingga bikin beberapa anggotanya ciut sekarang jadi petinggi BEM Komunikasi UNDIP dengan banyak anggota yang nempel banget sama dia. Senda yang dulu bahkan bertahan di IC aja hampir nggak sanggup, sekarang udah ngejabat BPH BEM FK UNAIR, sambil manage usaha jualan busana muslim dan mandiri ngatur keuangan rumah sendiri. Raka yang dulu gabut, sekarang juga masih gabut padahal pernah jadi kahim Komunikasi UGM dan aktivis JMF. Kebayang kan gimana kerennya doi ngatur waktu? Dan banyaaak lagi! Semua itu karena mereka mau. Mau ngelakuin hal-hal yang nggak biasa mereka lakuin, mau berkorban waktu, tenaga, dan pikiran buat berkontribusi dan terus menambah kualitas diri. Imbalannya emang nggak ada secara materi, tapi apa yang mereka dapet nggak akan pernah bisa dibeli.

See? Manusia dan potensinya itu keren coy! 

Seneng banget juga ngeliat banyak temen-temen di bidang masing-masing makin keren aja. Sangat menginspirasi diri sendiri buat nggak kalah sama mereka dan terus melangkah bareng-bareng. Bersyukur banget hingga detik ini ditempatkan di lingkungan IC yang pengaruh positifnya banyak banget! Kalian jangan misah-misah sampe tua ya!

Kembali ke diri sendiri.
Dulu, waktu masih di IC, aku inget ketika selesai megang proyek acara, aku selalu butuh sedikit waktu buat 'istirahat' nggak megang apa-apa biar proyek selanjutnya bisa maksimal. Sementara kalo dipaksain langsung megang acara lain ketika satu acara udah selesai, hasilnya pasti berantakan. Udah gitu ngeluhnya subhanallah, emosi nggak kekontrol pula. Sampe dulu Nahla pernah nasehatin panjang lebar di suatu surat warna pink yang isinya semua curahan hati tentang betapa ngerepotinnya sifatku yang suka nggak kekontrol. Sekarang alhamdulillah udah banyak berubah, megang banyak hal, chaos sih, tapi kontrol diri sudah lebih baik dan hasil juga makin oke. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Ohya!
Satu hal lain yang juga jadi motivasiku buat berkembang adalah sebuah pertanyaan, "Pantes nggak sih?"
Tentunya pertanyaan ini merujuk ke sesuatu yang tidak perlu kalian tau.
Ya intinya selama efeknya masih positif ya kenapa enggak?

Di akhir postingan ini, aku pengen sedikit mengapresiasi diri sendiri karena sudah menjadi Azzam yang seperti sekarang ini.

Selamat, Zam!
Kamu sudah mencapai suatu fase dimana kamu bisa memegang tampuk kepemimpinan Ikatan Alumni Insan Cendekia region Bandung dan Koperasi Asrama Mahasiswa ITB sekaligus, mengerjakan perancangan alat yang keren, menjadi orang yang responsif dan one call away sambil menjaga IPK tetap terkondisi dan masih rajin menyambung tali silaturrahmi antar region. 

Selanjutnya, cobalah meningkatkan kapasitasmu dengan melakukan hal yang kurang lebih sama, atau bahkan lebih, dengan koordinasi yang lebih rapi, hasil yang lebih baik, dan tanpa mengeluh! 

Buktikan bahwa di dalam dirimu masih terdapat banyak ruang untuk perkembangan diri!

Tetap ingat untuk selalu bertanya, "Apakah aku sudah cukup baik sebagai manusia?" dan tetaplah haus untuk berkembang dengan selalu menjawab, "Belum! Aku masih bisa berkembang lagi."

Bonus foto-foto!


Di tengah kekeosan alhamdulillah masih sempet mampir sidang Cistiw Alipot

Sebuah prestasi bisa ngajakin Astondung jalan lagi walaupun lagi jarang-jarangnya kumpul

Pengurus IAIC Bandung. Salut banget mereka sangat aktif!

Automatic Tray Pot Seeder mejeng di Pameran FTMD bersama tim Huwawei X Bonteng

Postingan ini akan ditutup oleh sebuah lirik lagu.
Berjalan lebih jauh
Menyelam lebih dalam
Jelajah semua warna 
Bersama, bersama 
 // Banda Neira - Berjalan Lebih Jauh

Selasa, 28 Agustus 2018

Merbabu, Melihat Dari Ketinggian Memang Seindah Itu!

Dan kawan, bawaku tersesat
Ke entah berantah
Tersaru antara nikmat atau lara 
Berpeganglah erat, Bersiap terhempas
Ke tanda tanya 
Banda Neira - Ke Entah Berantah

Potongan lagu diatas rasanya pas banget buat ngegambarin apa yang kami rasakan saat mendaki gunung Merbabu. Menuju entah berantah yang asing dan tantangan medan yang pasti tidak mudah, namun dijanjikan keindahan puncak di ujung perjalanan. Tersaru antara nikmat atau lara, berpegang erat, bersiap terhempas ke tanda tanya. 

Postingan kali ini akan menceritakan banyak hal yang dilalui oleh 19 pendaki pada 24-26 Agustus 2018 kemarin.

Enjoy!

Part 1 - Persiapan dan Keberangkatan

Wacana untuk mendaki Merbabu sudah dilempar ke grup Line sejak kurang lebih 3-6 bulan lalu namun sempet tenggelam karena sedikit yang ngomporin. Ohya, grup Line ini adalah grup yang selalu dipakai dari tahun-tahun sebelumnya untuk mewacanakan jalan-jalan angkatanku di IC, mulai dari jalan-jalan di Malang, naik gunung Guntur, Semeru, sampai Merbabu. Wacana Merbabu ini mulai muncul lagi karena Gilang dkk. agaknya ngiri setelah ngeliat foto-foto kami mencoba menaklukkan Semeru. Berhubung momennya pas dan banyak temen-temen yang kuliah di Jepang lagi pulang, maka wacana ini terlalu sayang buat dilewatkan.

Peralatan dan biaya yang disiapkan kali ini nggak semahal Semeru tahun lalu karena waktunya yang lebih singkat. Apalagi aku sendiri banyak dapet pinjaman dari beberapa temen yang suka naik gunung juga (makasih banget buat Salman yang udah minjemin carrier 60L, matras, lentera, dan pisau lipat, sama Isbram yang ngasih pinjem carrier mahal 75L buat dipake Hilmi, serta Hikam yang minjemin tenda double nya yang kece abis). Sedikit tips buat kalian yang mau naik gunung usahakan pakai lengan panjang atau manset, juga siapin sunblock minimal SPF 50. Bukan. Bukan takut item atau apa. Dijamin itu berguna banget buat menghindari sunburn yang menyiksa banget pas abis naik gunung. Setelah berbagai perlengkapan pribadi didapat, aku bersama rombongan Bandung (Oya, Apep, Pirjoy, dan Iffah) berangkat memakai kereta menuju Klaten.

Kamis, 23 Agustus 2018

Rombongan Bandung berangkat dari stasiun Kiaracondong dengan jadwal kereta berangkat pukul 18.10. Aku sampai di stasiun pukul 16.50 sengaja lebih awal karena aku membawa kode booking semua tiket rombongan. Dari awal yang lain sudah kuperingatkan untuk berangkat lebih awal untuk berjaga-jaga macet di jam pulang kerja. Dan benar saja, Bandung sore itu macet abis. Kepanikan mulai melanda ketika Pirjoy ternyata baru berangkat pukul 17.30 dan sempet balik lagi ke kosan gara-gara lupa nggak make helm (sungguh koplak nan lucu temen saya ini). Alhamdulillah, Shaffa yang boncengin Pirjoy bisa ngebut dan sampe dengan selamat di stasiun tepat waktu. Perjalanan 9 jam di kereta pun dimulai. Sepanjang perjalanan kami banyak ngobrol ini-itu dan becanda supaya Iffah ngerasa lebih kenal aja ke kita karena doi salah satu yang non-IC (kalo dibaca nonic jadi lucu uga) daan cuma kenal Pirjoy.



Rombongan Bandung berangkat (aku, Apep, Oya, Iffah, Pirjoy)

Part 2 - Klaten dan Pemanasan di Bukit Cinta

Jumat, 24 Agustus 2018

Kami sampai di Klaten kurang lebih pukul 3 pagi. Setelah menghubungi Gantang buat dijemput, sambil nunggu kita sholat jama' maghrib-isya' karena susah buat sholat di kereta. Nggak lama, Gantang featuring bapaknya sudah sampe di depan stasiun dengan mobil pick up. Sampai di rumah Gantang, kami beberes dan bersiap ke masjid bareng buat sholat subuh. Di waktu ini ada semacam kejadian traumatik yang kampret banget. Jadi ceritanya, pas perjalanan menuju masjid, ada seekor kucing putih berbulu panjang ala kucing persia lagi nongol di pinggir jalan. Karena aku lumayan suka kucing reflek ngejar itu si kucing buat sekedar ngelus aja. Setelah dikejar dianya tetep gamau dideketin, aku udah mulai nyerah dan mau lanjut ke masjid, terbukalah suatu pintu rumah dan keluar sesosok manusia bertubuh gendut, pendek, dan brewokan secara reflek juga menuduh aku mau maling kucingnya. Saataku masih berusaha jelasin, aku sadar kalo ternyata temen-temenku udah masuk gang dan nggak kelihatan. Fix lah aku beneran dikira maling. Si om-om brewokan ini dengan garang ngajak berantem sampe ngedorong-dorong aku yang masih bingung gimana bikin orang ini paham kalo aku cuma pengen ngelus si kucing (yang saat ini udah ga lucu). Karena nggak mau nyari ribut di kampung orang pagi-pagi aku putuskan buat minta maaf (yang kedengeran kurang ikhlas gara-gara aku nggak ngerasa salah ._.). Masalahnya ini si masnya masih ngotot ngajak berantem walaupun kucingnya sudah jelas-jelas nggak kenapa-kenapa. Tidak ingin memperpanjang urusan, aku putusin lanjut nyusul temen-temen yang sholat di masjid.

Sepulang dari masjid, semi-semi curhat nyeritain si om-om brewok, eh yang diomongin muncul nyegat kita semua pake motor dan bawa semacam besi panjang berbentuk entah mirip linggis atau samurai (IYA MEN ITU DIA BAWA SENJATA HANYA GARA-GARA AKU ISENG PENGEN NGELUS KUCING KAMPRET) daaaann masih ngotot ngajakin berantem (sumbu pendek memang). Mulai dari sini si Gantang yang warga asli situ berusaha nenangin om-om itu dan minta maaf. Yah setelahnya alhamdulillah nggak ada kejadian serupa.

Pagi hari kami lalui dengan sarapan dan jalan-jalan keliling desa Plembon. Dari tujuan awal yang pengen main-main dan foto-foto di sawah jadi berganti ke Bukit Cinta karena saran temen Gantang. Yah, berhubung nggak ada yang bisa dikerjain dan sekalian pengen pemanasan naik gunung, saran Bukit Cinta dijabanin. Yang bikin kita kaget adalah, disana segalanya murah banget! Mulai dari tiket masuk, makanan, minuman, semuanya rata-rata 2-3 ribu rupiah. Padahal ini kawasan wisata. Dan isinya juga cukup oke. Banyak spot buat foto dan objek-objek yang... hampir semuanya ditambahin kata "cinta", mulai dari becak cinta, kursi cinta, gubuk cinta, sampe sarang (literally sarang burung) cinta. 


Sawah desa Plembon (poseku kayak lagi buang air :( )

Ikon pintu depan Bukit Cinta

Menolak menjadi nyamuk karena pada punya pasangan, remaja di kiri nekad berpose terbang

Selfie ala-ala pake kamera oke (perhatikan muka Apep di sebelah kanan)


Selanjutnya kami pulang ke rumah gantang karena hari beranjak siang dan kami harus sholat jumat. Waktu berjalan ke masjid terus terang aku masih kepikiran, "jangan-jangan ketemu lagi sama si om-om linggis". Tapi alhamdulillah sholat jumat berjalan lancar. Sorenya kami menunggu rombongan lain yang datang dari Solo, Surabaya, Yogya, dan Jakarta. Semuanya berjumlah 19 orang termasuk rombongan Bandung. Ohya ada temen baru namanya Heni anak UI, dan nihonjin alias orang asli Jepang bernama Nakai Yuma temen sekelasnya Viki di Kyodai (belakangan kami baru tau ternyata doi orang kaya dan alangkah zolimnya kami membuat dia bertahan hidup di gunung dengan gembel wkwkwk).

Menjelang malam, kami mulai packing dan belanja beberapa keperluan seperti makanan, beras, tolak angin, madurasa, dan lain-lain. Lewat jam 10 malam, semuanya diminta tidur karena kami akan berangkat menuju pos awal pendakian sekitar jam 3 pagi. Di waktu-waktu ini, seperti di Semeru dulu, aku bolak-balik ke toilet berharap isi perutku segera dikosongkan karena nggak asik juga kalo mules di tengah gunung (walaupun akhirnya hasilnya nihil). 

Part 3 - Menuju Puncak!

Sabtu, 25 Agustus 2018

Pukul 3 pagi kami bangun dan segera berkemas menaikkan barang-barang ke mobil pickup. Di waktu ini aku juga sempet-sempetnya bolak-balik ke toilet berharap perut segera kosong (asli men parno banget wkwk). Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam dengan angin dingin pagi buta, kami sampai di kota Boyolali tepat saat subuh tiba. Kami mampir sebentar di masjid agung Boyolali untuk sholat, kemudian menuju pasar Boyolali untuk membeli sayur, kertas minyak, dan beberapa keperluan lain untuk melengkapi bekal kami.

Setelah dari pasar, jalan mulai menanjak. Kami disuguhi pemandangan sunrise yang sangat spektakuler. Berhubung gunung Merbabu dekat dengan Merapi, kami langsung diberikan pemandangan dua gunung! Subhanallah. Padahal mendaki saja belum, tapi pemandangannya sudah sangat memanjakan mata.


Kondisi pickup 1 yang aku tumpangi bersama Kukun, nihonjin, Viki, Hafiz, Hilmi dan Oya

Kondisi pickup 2 yang ditumpangi para cewek dan sisa cowok

Sesampainya di daerah Selo, kami mampir ke warung terdekat untuk sarapan soto daging ditemani pemandangan gunung Merapi. Setelah itu, ada jeda waktu sebentar. Aku dan beberapa temen-temen yang sama-sama parno masih saja mencari masjid untuk sekedar mengosongkan perut (efek makin khawatir abis sarapan). Setelah itu kami segera pergi ke tempat ojek untuk menuju ke basecamp pendakian.

Atas keputusan Gantang, jalur pendakian yang dipilih adalah jalur Gancik. Medannya memang susah, banyak banget tanjakan licin terjal berpasir, namun, pemandangan yang disuguhkan lebih banyak karena jalur Gancik adalah jalur yang terbuka dan tidak banyak pohon tinggi dibanding jalur Selo. Sebelum mulai mendaki, kami menaiki ojek untuk sampai ke titik awal pendakian. Ojek-ojek disini cukup ekstrim. Jalurnya curam, motornya juga kurang meyakinkan. Namun, dengan pengalaman dan keahlian para tukang ojek (bahkan ada yang cewek tukang ojeknya), jalur ekstrim dengan mudah dilewati (dan sukses membuat kami semua merasa seperti naik wahana adrenalin). 

Sebelum mendaki, seperti biasa kami melakukan ritual ASPAL (Astonic Pecinta Alam) berupa doa bersama dilanjut tos yel-yel dan memilih Gantang sebagai leader. Pemanasan sebentar, kami siap menuju pos 1. Perjalanan menuju pos 1 nggak terlalu susah. Medannya masih berupa hutan dengan sedikit tanjakan. Di perjalanan kami bertemu sekelompok pendaki yang memasang tenda padahal belum sampai pos 1. Setelah ngobrol sambil istirahat, ternyata pendaki ini kekurangan air sehingga terpaksa berhenti dan beberapa anggota mereka kembali turun untuk menambah persediaan air. Sekedar info juga, yang membuat pendakian Merbabu lumayan menantang disamping medannya adalah, tidak ada sumber air! Belakangan aku juga baru tau kalau kita benar-benar harus menghemat air sampai wudhu harus menggunakan tayamum dan buang air harus memakai tisu basah. 

Sepanjang perjalanan, medan yang kami lewati cukup berat. Tanjakan pasir terjal berhasil membuat Oom terjatuh berguling, dan beberapa anggota kami terpeleset. Meskipun di beberapa titik dipasang tali pembantu untuk mendaki, medan yang kami lalui tetap tidak mudah. Debunya banyak banget cuy. Sesekali kami harus membersihkan lubang hidung dengan tisu basah untuk menghindari iritasi dan alergi. Namun di beberapa titik juga kami kembali disuguhkan pemandangan yang spektakuler dan membuat lelah mendaki menjadi terasa worth it.

Foto dengan latar belakang puncak Merapi

Istirahat leyeh-leyeh setelah tanjakan terjal

Banyakin foto biar nggak nyesel

Selama perjalanan, rombongan kami secara otomatis terpisah menjadi dua dikarenakan stamina yang berbeda. Aku termasuk di rombongan depan karena menurutku jadi yang pertama melihat medan punya sensasi tersendiri seperti waktu di Semeru. Cowok-cowok rombongan belakang sendiri sebenarnya juga bukan karena staminanya kurang, namun lebih karena mengawasi para cewek yang tidak bisa mengikuti ritme rombongan depan. Bahkan beberapa cowok rombongan belakang malah yang veteran di bidang per-naikgunung-an.

Kami berhenti di Sabana 1 setelah melewati pos 3 untuk mendirikan tenda. Di Merbabu sendiri spot camping ada di dua titik, Sabana 1 dan Sabana 2. Kami memilih Sabana 1 atas saran Isbram supaya bisa menghemat stamina untuk persiapan naik puncak dini hari besok.

Proses mendirikan tenda


Seperti namanya, tempat camping kami berupa padang rumput sabana yang berarti tidak ada penghalang angin. Angin yang kami rasakan sore hari itu pun sudah termasuk sangat dingin sehingga kami benar-benar memasang semua flysheet di sekitar tenda agar terlindung dari angin. Di tempat ini juga aku menemukan suatu momen yang keren abis. Ketika selesai mendirikan tenda dan mulai menyeduh minuman hangat, aku dan beberapa orang keluar tenda dan menemukan pemandangan kaki langit yang subhanallah banget! Ditambah lagi di sisi lain ada bulan purnama. Lengkap sudah paket senja sore itu.

Add caption

Kaki langit, hawa dingin, percakapan hangat, dan coklat panas

Ohya kami memasang 5 tenda dengan 1 tenda isi double. 1 tenda diisi cewek berlima, 3 tenda lainnya diisi cowok, dan tenda double diisi cewek dan cowok. Eit jangan salah. Tenda double ini terdiri dari 2 tenda sebenernya dan dipisahkan ruangan kosong yang dipake buat gudang menyimpan barang-barang kelompok. Meskipun namanya tenda double, sebenernya kapasitasnya per tenda cuma 2 orang, yang kemudian diisi aku sama Novri karena kami kalo malem suka bikin orkestra paduan suara alias ngorok kenceng banget wkwkw maafkan aku dan Novri teman-temanQ.

Malam tiba, dannn ini nih waktu-waktu yang paling asik buat bonding menurutku. Sembari masak makan malem, kami banyak ngobrol-ngobrol mulai dari saling ngasih info menarik, ngejayus, sampe julidin orang (astaghfirullah). Tapi dari sini angin kencang diluar jadi nggak ada apa-apanya dibanding kehangatan percakapan kami. Tambahan juga, agak kasihan ngeliat si Yuma terpaksa makan menu sekedarnya berupa nasi, sosis dan sayur sawi menggunakan tangan dan kocaknya Hilmi yang ngebujuk Yuma biar tetep makan.

Ohya. Satu hal lagi yang membuat aku sangat bersyukur kalo jalan sama anak-anak IC adalah, waktu sholat selalu diluangkan dan insyaAllah terjamin bahkan di tengah gunung sekalipun! Alhamdulillah :)



adem banget nggak sih ngeliatnya? :)
foto bawah diambil ketika di Semeru

Malam di Merbabu berakhir dengan tidur di jam 9 malam. Kami tidak bisa bangun terlalu larut karena besok dini hari pukul 3 pagi kami harus bangun untuk naik ke puncak agar bisa melihat sunrise di puncak.

Part 4 - To the Peak!

Minggu, 26 Agustus 2018

Akibat kemageran yang luar biasa dan angin yang nggak nyante banget, rencana naik ke puncak yang awalnya pukul 3 pagi menjadi molor setengah jam. Merasa tidak ingin 'remedial' puncak seperti Semeru, kami tetap berangkat walaupun banyak rintangan. Medan terjal didepan terasa tidak terlalu berat karena tidak ada carrier di punggung. Hampir semua barang bawaan kami tinggal di lokasi camping yang dijaga oleh si Kukun yang nggak ikut naik simply karena udah pernah. Disini Novri menjadi MVP karena membawakan persediaan air dalam tas dari awal naik puncak sampai turun ke tempat camping lagi. Disini juga ada aksi heroik Gantang yang memberikan celana trainingnya ke Heni karena Heni hampir terkena hipotermia. Gantang yang hanya memakai celana pendek masih sanggup-sanggupnya nahan udara dingin yang nggak banget pokoknya. Lucunya, ketika waktu subuh tiba, dan kita masih di tengah perjalanan, si Gantang ini minjem mukena terusan Pirjoy buat nutupin kakinya. Ditambah dengan kupluk yang mirip-mirip kerudung, Gantang sukses bertransformasi menjadi emak-emak ketika sholat subuh.

Perjalanan ke puncak memerlukan waktu normal kurang lebih 2 jam. Karena aku salah satu yang bawa senter lumayan terang, aku harus agak maju-mundur buat mengarahkan jalan. Ketika sudah pukul 05.10, 20 menit menjelang sunrise, ada sebuah drama lucu dimana Gilang jatohin kamera GoPro dia dan menggelinding menghilang di semak-semak lereng gunung. Pencarian kamera GoPro membuat beberapa dari kami kehilangan momen sunrise di puncak tapi aku bener-bener nggak nyesel karena menikmati sunrise di lereng sebelum puncak tetep sangat epic dan ada rasa kepuasan tersendiri bisa bantu temen nyari barang hilang.

Rombonganku (Pirjoy, Hilmi, Novri, Hafiz) nyampe puncak terakhir karena kami naik dengan santai tidak terdesak waktu sunrise sambil mengambil foto di bagian lereng yang nggak kalah bagus. Yak, sekali lagi kami disuguhi pemandangan puncak yang sangat amat keren pol. Ini dia, puncak Merbabu 3.142 mdpl! Tidak lupa aku dan semua temen-temen IC foto bareng sambil mengibarkan bendera angkatan.


 Foto lereng sebelum puncak

 Ngetes keunggulan kamera bokeh Vivo V9 yang cool abis

MVP Puncak Novri sedang mikirin ummat seperti biasa

 Berkontemplasi memperkirakan seberapa jauh jarak jodoh dengan saya

Gaya dikit cekrek!

Yak! foto dengan bendera Astonic Dralen Relaston, angkatan 18 MAN IC Serpong

Kami turun dari puncak sekitar pukul 07.00. Perjalanan turun terasa lebih berat di kaki karena hentakan keras setiap melangkah di lereng curam. Namun, dengan pemandangan merbabu di depan mata, rasa lelah terlalu remeh untuk dipedulikan.

Sesampainya di tempat camping, kami segera memasak sarapan. Seperti biasa, masak diiringi dengan obrolan-obrolan seru, namun kali ini aku lebih banyak jadi bahan bully-an wkwk. Asal semua ketawa aku sih oke-oke aja. Ada kejadian seru juga, setelah puas bully-membully, ada angin kencang tiba-tiba membentuk pusaran di dekat tenda kami dan menerbangkan matras, serta merobohkan 1 tenda kami. Ada adegan kocak dimana Viki dan Gilang berusaha meraih matras yang terbang diterpa angin. "Rasain tuh azab ngebully." batinku. Namun akhirnya kami semua tertawa. Sekalian beresin tenda. Setelah itu, kami makan dan bersiap untuk turun.

 Masak terakhir sebelum turun

Lagi beres-beres tenda, malah asik poto-poto ini si Gilang


Foto bersama carrier sebelum turun

Perjalanan turun melewati rute yang berbeda. Rute Selo yang literally lebih selow, namun dengan pemandangan yang nggak se-menarik waktu naik karena banyak terhalang pohon. Waktu turun, aku masuk rombongan kloter pertama bersama Yuma, Gantang, Hilmi, dan Viki. Selama perjalanan, kami banyak bertukar kosa kata bahasa Jepang-Indonesia sama Yuma. Kejadian menarik disini adalah, kami ketemu Gilang dan Apep yang nyusul sambil ngos-ngosan karena abis nyari masalah sama mbak-mbak bernama Alifa di belakang.

Sampai di kaki gunung, kami yang kelaparan langsung beli-beli bakso dan es campur tanpa pandang dompet. Terus terang, perjalanan pulang terasa kurang enak di hati karena kami serba diburu waktu tiket yang mepet banget. MVP disini adalah Kukun yang bersedia wara-wiri nganterin orang-orang diburu tiket ke stasiun dan bandara masing-masing dan dengan sabar menerima keluhan orang-orang wkwkw.

Aku, Gantang, dan Apep pulang bareng setelah nginep semalem di Klaten dan naik bus dari Jogja. Sebelum pulang, kami menyempatkan waktu nyamperin warung SS buat ketemu sama anak-anak IAIC Jogja. Keberuntungan juga alhamdulillah masih menyertai kami bertiga karena bus yang kami naiki sampe Bandung ternyata bus terakhir dan uang yang tersisa di dompet alhamdulillah ngepas banget buat bayar tiketnya.

Wah panjang banget kalo diliat-liat lagi yak hehe. Kira-kira begitu cerita ANJAY -Astonic Jalan Yuk- edisi 3 di tahun 2018 dengan tema hiking ke gunung Merbabu.



Bye guys~
Nantikan postingan selanjutnya

Rabu, 01 Agustus 2018

Huwawei, Trio Mesin Ambis Lomba

Halo!
Pertama basa-basi dulu ya ala-ala blogger yang udah lama nggak nge-post hehe, mengenaskan emang blog ini isinya kebanyakan menye-menye haha. InsyaAllah postingan-postingan setelah ini bakal lebih berbobot dan enak dibaca.

Enjoy!

Oke, postingan kali ini bakal berisi cerita tentang gimana aku bisa dipertemukan dengan 2 orang keren yang dengan mereka seorang aku ini alhamdulillah bisa berkembang banyak di masa menjadi mahasiswa ITB. 

Masa-masa sulit di IC membuat aku dan (kayaknya) kebanyakan temenku jadi minim prestasi terutama prestasi di luar sekolah. Prestasi di IC rasa-rasanya didominasi oleh orang-orang yang itu-itu aja. Ke-minim-an prestasi ini yang bikin aku pengen istilahnya 'mulai' lagi di almamater yang baru biar hidupku ga gitu-gitu aja tanpa ambisi. Singkat cerita, kesempatan ini mulai muncul pas ada perekrutan tim mobil hemat energi Rakata. Karena niat yang kurang baik yakni ingin kelihatan keren di depan doi dan ingin jalan-jalan gratis ke Singapura, kesempatan masuk tim elit itu pupus disaat memasuki tahap akhir dari puluhan pendaftar menjadi 4 orang (udah pernah aku ceritain disini).

Efek kegagalan masuk tim Rakata ternyata lebih gede dari yang aku bayangin. Gimana ya, bukan bermaksud apa-apa, sejauh ini aku jarang banget ngalamin yang namanya gagal dan jatuh berkali-kali sehingga ketahanan mentalku amat cupu sama hal beginian. Aku stress haha. Rasanya bukan cuma nyesek gara-gara gak masuk tim, tapi juga ngerasa makin jauh dan ga pantes buat si doi. Untungnya, drama kegalauan mazzam nggak lama-lama amat. Ngeliat temennya suram selama beberapa hari, Fahmi berinisatif buat ngehibur dengan sedikit ngenalin aku ke dunia arduino. Fyi, Fahmi ini sejurusan denganku dan juga petinggi unit robotika ITB. Fahmi ngasih saran buat bikin tim sendiri yang dibuat khusus untuk ikut lomba-lomba di bidang mesin kedepannya. Lomba apapun. Dan selagi nyari lomba, kita mutusin buat belajar arduino bareng buat langkah awal membekali diri buat lomba. Juga, karena biasanya lomba tim berisikan 3 orang, kami memutuskan mengajak satu orang lagi, yang tanpa pikir panjang langsung diputuskan untuk mengajak Tegar.

Sebelumnya kukenalin dulu satu-satu anggota timnya yak.

Yang pertama Fahmi. Tipe-tipe anak rajin plus perfeksionis. Di dalam tim, posisinya sebagai manajer merangkap sekretaris. Fahmi ini yang mengatur semua timeline tim dan tukang ngingetin dua anggota tim lain yang suka males-malesan. Kerjaannya rapi pake banget. Kalo bikin proposal dia jagonya, segala macem tata tulis dia kuasai. Orangnya juga pinter banget dan enak diajak diskusi. Kekurangannya sifatnya kayak anak kecil dan sering ngambek. LOL.

Yang kedua Tegar. Si jenius serba bisa dengan segudang keahlian. Ditambah lagi, willingness to learn dia tinggi. Peran Tegar adalah ekseutor dan ujung tombak tim. Aku terkesan banget ketika aku kepikiran sebuah ide dan dia dengan cepat bisa ngerealisasiin idenya. Ahli software perancangan macem SolidWorks. Kekurangannya doi adalah kadang males. Kalo ga dikontrol ya gaada progress.

Yang terakhir aku. Tbh kalo bicara soal hardskill, masih dibawah mereka berdua haha. Tapi soal kreativitas aku cukup percaya diri. Peranku di tim adalah sebagai pencetus ide dan penghubung dalam tim. Pasalnya Tegar sama Fahmi ini sering clash. Kekuranganku banyak. lol.

Tim HUWAWEI di acara Supernature UNPAD
(kiri-kanan : Tegar, Fahmi, Aku)

Setelah terbentuk sebuah tim yang diberi nama Huwawei (pake W), kita mulai bikin grup chat dan searching soal lomba disamping belajar arduino. Project pertama kita adalah bikin robot line follower yang akhirnya cuma aku yang bikin gara-gara pada males wkwk.

Yang pengen aku garis bawahi adalah, waktu-waktu bersama tim Huwawei menjadi salah satu yang paling aku syukuri selama jadi mahasiswa ITB. Banyak pelajaran yang bisa diambil dan nggak cuma tentang kerja sama tim, tetapi juga bagaimana 'memanusiakan' manusia, menyesuaikan kesibukan, bagaimana mengkoordinasikan satu ide dengan ide yang lain, dan bagaimana bisa mengkombinasikan keahlian satu sama lain. Serius, ini nggak gampang. Walaupun kami berasal dari jurusan yang sama dengan pola pikir yang kurang lebih sama. Tapi, ini juga yang membuat Huwawei berkembang. Lambat-laun kami mulai mengerti dan terbiasa dengan satu sama lain. Tim Huwawei pun nggak cuma jadi tim buat lomba tapi juga menjadi kelompok belajar bareng ketika ujian-ujian bermunculan. Alhamdulillah hasilnya selain sering ikut lomba (dan beberapa alhamdulillah dapet juara), indeks juga naik disaat semester yang terkenal paling berat datang melanda.

Ohya, soal cerita tentang lomba-lomba yang pernah diikuti Huwawei, nanti bakal ada di postingan lainnya. Tunggu aja hehe.

Oke postingan kali ini kayaknya disudahi dulu. udah ngantuk men. besok masih harus kerja praktek. bye~



Gresik, 2 Agustus 2018
Pukul 00:13